KITAB ESTER
Kitab
ini tidak diketahui penulisnya. Kitab ini melatarbelakangi kisah Ester dan riwayat
orang Yahudi pada zaman kerajaan Persia pada abad ke 5 SM.. Kejadian kitab ini
berlokasi di Susan, ibukota Persia, pada musim dingin. Kemungkinan besar kitab
ini ditulis di Persia setelah abad ke 5 SM.
Paling cepat kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM.
Pada
zaman itu, kerajaan Babel direbut dan diganti oleh kerajaan Persia pada tahun
539 SM. Pusat pemerintahan bagi orang Yahudi buangan berpindah ke Persia. Ibu
kotanya, Susan menjadi latar belakang kisah Ester, pada masa pemerintahan
Ahasyweros(nama Ibrani) atau Khshayarshan(nama Persia) atau Xerxes I(nama
Yunani) -- yang memerintah pada tahun 486-465 SM. Kitab ini meliput tahun-tahun
483-473 SM dari pemerintahannya (Est 1:3; Est 3:7), dengan sebagian besar
peristiwa terjadi pada tahun 473 SM. Ester menjadi ratu Persia pada tahun 478
SM (Est 2:16).
Pada
zaman itu orang Yahudi yang tinggal di situ dan di beberapa daerah lain di
kerajaan itu, adalah keturunan dari orang Yahudi yang dibuang ke Babilon
beberapa tahun sebelumnya. Waktu orang Yahudi itu mendapat kesempatan untuk
kembali ke tanah asal mereka, beberapa dari mereka memilih untuk tinggal di
Babilon. Sesudah itu, Babilon menjadi bagian dari kerajaan Persia. Orang Yahudi
tidak bercampur baur dengan suku lain di kerajaan itu dan mempertahankan adat,
budaya, dan agama mereka. Karena itu, banyak orang lain membenci mereka
RATU WASTI DIBUANG
Pada
zaman itu ada seorang raja yang berkuasa yang bernama Ahasyweros. Dia
memerintah di 127 daerah, mulai dari India sampai Etiopia. dan kerajaan
tempatnya bersemayam ialah di dalam Benteng Susan, daerah Persia. Pada tahun
ketiga pemerintahannya, Raja Ahasyweros mengadakan perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya,
dimana perjamuan tersebut dihadiri oleh tentara Persia dan Media, kaum
bangsawan dan pembesar daerah. Selain mengadakan perjamuan, dia memamerkan
kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang melimpah selama
berhari-hari sampai 180 hari lamanya.
Setelah 180 hari berlalu, raja
mengadakan perjamuan lagi selama 7 hari di pelataran yang ada di taman istana
Kerajaan. Perjamuan ini diadakan bagi seluruh rakyatnya yang berada di dalam
benteng Susan, mulai dari orang kaya sampai orang miskin. Disana terdapat
pernak pernik yang mengghiasi tempat itu seperti: tirai-mirai dari kain lenan,
mori halus dan kain ungu tua, yang terikat dengan tali lenan halus dan ungu
muda bergantung pada tombol-tombol perak di tiang-tiang marmar putih, sedang
katil emas dan perak ditempatkan di atas lantai pualam, marmar putih, gewang
dan pelinggam. Disana juga dihidangkan minuman dalam piala emas yang beraneka
warna, dan anggurnya ialah anggur minuman raja yang berlimpah-limpah, sebagaimana
layak bagi raja. Adapun aturan minum ialah: tiada dengan paksa; karena
beginilah disyaratkan raja kepada semua bentara dalam, supaya mereka berbuat
menurut keinginan tiap-tiap orang. Disamping itu, ratu Wasti pun mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di
dalam istana raja Ahasyweros.
Pada hari yang ketujuh perjamuan,
ketika raja yang sedang riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitah dia
kepada ketujuh sida-sida yang bertugas di hadapan raja Ahasyweros yakni
Mehuman, Bizta, Harbona, Bigta, Abagta, Zetar dan Karkas. Raja memerintahkan
mereka untuk membawa Ratu Wasti dengan memakai mahkota kerajaan menghadap raja,
untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan
pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. Tetapi sang ratu
menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu,
sehingga sangat marahlah raja.
Maka bertanyalah raja kepada
orang-orang arif bijaksana yaitu kepada para ahli undang-undang dan hukum,
orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman, karena pada zaman itu biasanya
masalah-masalah raja dikemukakan kepada mereka. Adapun orang-orang tersebut
yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres,
Marsena dan Memukan yaitu ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh
memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam
kerajaan--, tanyanya, "Apakah hukuman yang harus diterima ratu Wasti
menurut undang-undang, karena dia melanggar titahku yang disampaikan oleh
sida-sida?"
Maka
sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "Wasti, sang ratu,
bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan
segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. Karena kelakuan sang
ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan
suaminya dan berlarut-larutlah
penghinaan dan kegusaran.
Jika
raja setuju, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari raja dan
dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat
dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja
akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik
dari padanya. Bila keputusan itu diambil raja, kedengaranlah di seluruh
kerajaan--alangkah besarnya kerajaan itu! --,maka semua perempuan akan memberi
hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang
kecil." Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi
bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu. Dikirimkanlah oleh raja surat-surat
ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan tiap-tiap
bangsa menurut bahasanya, bunyinya: "Setiap laki-laki harus menjadi kepala
dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar