Victory Man

You're Victory Man

Selasa, 29 Oktober 2013

SHORTLY ABOUT ESTER


KITAB ESTER
Kitab ini tidak diketahui penulisnya. Kitab ini melatarbelakangi kisah Ester dan riwayat orang Yahudi pada zaman kerajaan Persia pada abad ke 5 SM.. Kejadian kitab ini berlokasi di Susan, ibukota Persia, pada musim dingin. Kemungkinan besar kitab ini ditulis di Persia setelah abad ke 5 SM.  Paling cepat kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM.
            Pada zaman itu, kerajaan Babel direbut dan diganti oleh kerajaan Persia pada tahun 539 SM. Pusat pemerintahan bagi orang Yahudi buangan berpindah ke Persia. Ibu kotanya, Susan menjadi latar belakang kisah Ester, pada masa pemerintahan Ahasyweros(nama Ibrani) atau Khshayarshan(nama Persia) atau Xerxes I(nama Yunani) -- yang memerintah pada tahun 486-465 SM. Kitab ini meliput tahun-tahun 483-473 SM dari pemerintahannya (Est 1:3; Est 3:7), dengan sebagian besar peristiwa terjadi pada tahun 473 SM. Ester menjadi ratu Persia pada tahun 478 SM (Est 2:16).
            Pada zaman itu orang Yahudi yang tinggal di situ dan di beberapa daerah lain di kerajaan itu, adalah keturunan dari orang Yahudi yang dibuang ke Babilon beberapa tahun sebelumnya. Waktu orang Yahudi itu mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah asal mereka, beberapa dari mereka memilih untuk tinggal di Babilon. Sesudah itu, Babilon menjadi bagian dari kerajaan Persia. Orang Yahudi tidak bercampur baur dengan suku lain di kerajaan itu dan mempertahankan adat, budaya, dan agama mereka. Karena itu, banyak orang lain membenci mereka
RATU WASTI DIBUANG
Pada zaman itu ada seorang raja yang berkuasa yang bernama Ahasyweros. Dia memerintah di 127 daerah, mulai dari India sampai Etiopia. dan kerajaan tempatnya bersemayam ialah di dalam Benteng Susan, daerah Persia. Pada tahun ketiga pemerintahannya, Raja Ahasyweros mengadakan  perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, dimana perjamuan tersebut dihadiri oleh tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah. Selain mengadakan perjamuan, dia memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang melimpah selama berhari-hari sampai 180 hari lamanya.
            Setelah 180 hari berlalu, raja mengadakan perjamuan lagi selama 7 hari di pelataran yang ada di taman istana Kerajaan. Perjamuan ini diadakan bagi seluruh rakyatnya yang berada di dalam benteng Susan, mulai dari orang kaya sampai orang miskin. Disana terdapat pernak pernik yang mengghiasi tempat itu seperti: tirai-mirai dari kain lenan, mori halus dan kain ungu tua, yang terikat dengan tali lenan halus dan ungu muda bergantung pada tombol-tombol perak di tiang-tiang marmar putih, sedang katil emas dan perak ditempatkan di atas lantai pualam, marmar putih, gewang dan pelinggam. Disana juga dihidangkan minuman dalam piala emas yang beraneka warna, dan anggurnya ialah anggur minuman raja yang berlimpah-limpah, sebagaimana layak bagi raja. Adapun aturan minum ialah: tiada dengan paksa; karena beginilah disyaratkan raja kepada semua bentara dalam, supaya mereka berbuat menurut keinginan tiap-tiap orang. Disamping itu,  ratu Wasti pun  mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros.
            Pada hari yang ketujuh perjamuan, ketika raja yang sedang riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitah dia kepada ketujuh sida-sida yang bertugas di hadapan raja Ahasyweros yakni Mehuman, Bizta, Harbona, Bigta, Abagta, Zetar dan Karkas. Raja memerintahkan mereka untuk membawa Ratu Wasti dengan memakai mahkota kerajaan menghadap raja, untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. Tetapi sang ratu menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat marahlah raja.
            Maka bertanyalah raja kepada orang-orang arif bijaksana yaitu kepada para ahli undang-undang dan hukum, orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman, karena pada zaman itu biasanya masalah-masalah raja dikemukakan kepada mereka. Adapun orang-orang tersebut yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan yaitu ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan--, tanyanya, "Apakah hukuman yang harus diterima ratu Wasti menurut undang-undang, karena dia melanggar titahku yang disampaikan oleh sida-sida?"
Maka sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya dan  berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.
Jika raja setuju, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari raja dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. Bila keputusan itu diambil raja, kedengaranlah di seluruh kerajaan--alangkah besarnya kerajaan itu! --,maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil." Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu. Dikirimkanlah oleh raja surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya: "Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar